Ngaku Salah, Ngak Ngaku Juga Salah "DILEMA"
Dalam sebuah kesempatan, polisi
berhasil menangkap beberapa orang perampok yang selamaini meresahkan warga
masyarakat. Mereka didugaberasal dari komplotan yang sama. Hanya saja mereka
ditangkap di lokasi yang berbeda tetapi pada waktu yang bersamaan. Mereka
ditempatkan dalam sel yang berbeda. Dan cerita interogasipun dimulai. Sebut
saja Angga, nama salah satu orang yang akan diinterogasi. Polisi memberikan penawaran
yang sangat menarik. Jika Angga mau mengakui seluruh perbuatannya dan
menyebutkan siapa anggota komplotannya, maka Angga akan menerima pengurangan
hukuman yang semula 2 tahun menjadi bebas dari tuntutan hukum. Sedangkan
seluruh anggota komplotannya akan dikenai hukuman maksimal 4 tahun. Wow!
Sungguh tawaran yang luar biasa
menggiurkan. Di tempat yang berbeda, sebut saja Bayu, juga mendapatkan tawaran
yang sama. Tuntutan 0 tahun jika mau mengakui seluruh kesalahan dan menceritakan
anggota komplotannya yang selama ini terlibat. Dan bagi anggota komplotan
tersebut akan diganjar dengan hukuman 4 tahun, menggantikan angka 2 tahun yang
saat ini akan dituntut kepada mereka. Dilemma! Tentu saja. Maka bagi siapapun yang
mengalaminya akan berusaha untuk menyelamatkan diri. “ Each prisoner gets a
higher pay-off by betraying the other ”, itu kata teori. Artinya, setiap pelaku
yang sedang diinterogasi punya kecenderungan untuk mengakui perbuatannya demi
mencari keselamatan dirinya sendiri. Lantas bagaimana jika Angga dan Bayu mempunyai
pemikiran yang sama? Mereka akan membuat pengakuan dan menyebutkan siapa komplotannya.
Karena dengan melakukan itu, ada sebuah imbal balik yang diharapkan, yaitu KEBEBASAN!
Itu menurut mereka. Tetapi ternyata jika mereka berdua sama-sama mengaku, angka
tuntutan 3 tahun telah menanti. Tawar menawar yang begitu menarik. Jika Angga paham,
maka dia akan berpikir bagaimana sikap yang akan diambil oleh Bayu, dan
sebaliknya. Fenomena inilah disebut prisoner’s dilemma ! Keputusan yang paling
bijak adalah mengkhianati perkomplotan demi kepentingan pribadi. Misalpun sebelumnya
Angga dan Bayu BERSEPAKAT untuk saling tidak mengenal dan saling asing, tetapi
naluri berkata lain. Strategi
apapun untuk penyelamatan diri akan ditempuh. Angga atau Bayu punya
kecenderungan untuk mengkhianati kesepakatan sebelumnya. Dan strategi ini dalam
konteks keilmuan disebut Nash Equilibrium. Strategi yang tidak mungkin ada
srategi lain yang memberikan imbalan lebih tinggi.
***
Lantas apa pelajaran yang dapat
dipetik dari salah satu tema buku Microeconomics tersebut? Suatu hari nanti,
setiap jengkal tubuh kita tak ubahnya seperti pesakitan tersebut. Terdiam menunggu
vonis dari sang pemilik alam semesta. Tidak akan ada yang mampu mencegah. Tidak
akan ada yang mampu mengintimidasi. Bahkan setiap bagian tubuh kita akan
bicara. Konteksnya adalah membuka sebuah cerita dan kisah dengan jujur. Tanpa
ditutupi! Tanpa ada pembelaan dari mulut kita! Tidak ada lagi sebuah skenario
yang lantang terucap. Semua akan terbuka dengan apa adanya. Karena sang pemilik
lauhul mahfudz pun tak butuh Nash Equilibrium. DIA tahu dan pasti tahu apa yang
pantas menjadi imbalan atas segala yang telah kita lakukan. Tanpa negosiasi!
Astaghfirulloh....
Sanggupkah kita menghadapi saat
itu, kawan?
Komentar
Posting Komentar