Postingan

Menampilkan postingan dari 2009

Takwa, Semudah Itukah?

Kata “takwa” sangat sering kita dengar dalam ceramah-ceramah agama, sebagaimana kalimat ini mudah dan ringan diucapkan di lisan kita. Akan tetapi, sudahkah hakikat kalimat ini terwujud dalam diri kita secara nyata? Sudahkah misalnya ciri-ciri orang yang bertakwa yang disebutkan dalam ayat berikut ini terealisasi dalam diri kita? الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ، وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ “(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat ak

Bahaya Menyerupai Orang Kafir

Sesungguhnya segala puji hanyalah milik Allah. Kami memujinya. Kami memohon pertolongan kepada-Nya. Kami juga memohon ampunan dan bertaubat kepadaNya. Kami berlindung kepada Allah dari kejelekan jiwa kami dan keburukan amal perbuatan kami. Barang siapa yang diberi hidayah oleh Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya. Demikian pula, barang siapa yang Allah sesatkan maka tiada satupun yang bisa memberi hidayah kepadanya. Aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah semata tanpa ada sekutu baginya. Aku juga bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, manusia pilihan dan kekasih-Nya. Beliau adalah manusia yang Allah beri amanah untuk mendapatkan wahyu. Dialah yang menyampaikan syariat Allah kepada seluruh manusia. Semoga Allah memuji dan memberi keselamatan untuknya, keluarganya dan seluruh shahabatnya. Wahai orang-orang yang beriman, wahai hamba-hamba Allah bertakwalah kalian kepada Allah. Barang siapa yang bertakwa kepada Allah maka Allah akan m

Lanjutkan, lanjutkan, lebih cepat lebih baik MATI

Di sebuah warung berlabel “minimarket” di kawasan Kediri, Jatim, Bendol terkejut menyaksikan adegan ini. Seorang anak muda tergopoh-gopoh menuju rak obat dan bertanya kepada pelayan: “Ada neolib?” Ia tak bergurau mengucapkan kata itu. Pelayan, perempuan yang juga muda, menjawabnya dengan kalem, jauh pula dari nada canda: “Neolib untuk flu, apa neolib untuk nyeri?” Si lelaki menjawab cepat: “Neolib untuk flu.” Pelayan memberikan satu bungkus tablet bergambar kepala orang. Transaksi terjadi, lalu anak muda itu pergi. Setengah penasaran, Bendol mendekati pelayan. “Kenapa obat yang sudah populer itu disebut neolib?” Barulah pelayan itu tersenyum, manis juga, dan khas pelayan warung di Kediri. “Di sini orang sudah terbiasa dengan pelesetan yang dipopulerkan televisi. Semua obat dengan awalan neo disebut neolib, makanya saya tanya, neolib untuk flu atau nyeri. Sering pula disebut neolib tablet atau neolib krim,” ujar si pelayan. Konon, pelesetan itu awalnya saja menimbulkan nada canda. Beg

Belajar Korupsi

SEBUAH proyek rekanan antara pihak swasta dan pemerintah selesai dibangun. Pihak rekanan (swasta) pun merasa perlu berterima kasih kepada pejabat terkait atas selesainya proyek tersebut. Maka, wakil dari perusahaan rekanan pemenang tender proyek pun datang ke rumah sang pejabat untuk memberikan sekadar hadiah. Rekanan: Pak, ada hadiah dari kami untuk Bapak. Ya, sekadar mobil ala kadarnya, saya parkir di bawah. Pejabat: Anda mau menyuap saya? Apa-apaan itu? Tender sudah kelar, kok. Jangan begitulah, bahaya. Rekanan: Tolonglah Pak, diterima. Kalau nggak, saya dianggap gagal membina relasi oleh atasan saya. Pejabat: Ah, jangan begitu, dong. Saya berkeberatan. Rekanan (berpikir): Begini saja, Pak. Bagaimana kalau Bapak beli saja mobilnya. Pejabat: Mana saya ada uang beli mobil (mahal) begitu! Wakil dari rekanan itu pun menelepon atasannya. Rekanan: Saya ada solusi, Pak. Bapak beli mobilnya dengan harga Rp 10.000 saja. Pejabat: Benar, ya? Oke, saya mau. Jadi, ini bukan suap. Pakai kuitansi

LSM Desak Pemkot Kediri Tuntaskan TPA Lebak Tumpang

LSM Desak Pemkot Kediri Tuntaskan TPA Lebak Tumpang Sabtu, 12 Desember 2009 11:58:19 WIB Reporter : Nanang Masyhari Kediri (beritajatim.com) - Aliansi Peduli Lingkungan (APeL) Kediri mendesak Pemkot Kediri menyelesaikan persoalan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Lingkungan Lebak Tumpang, Kelurahan Pojok, Kecamatan Mojoroto, Kediri. Direktur Exekutif APeL Kediri, Taufiq Dwi Kusuma mengatakan, pemberian kompensasi oleh Pemkot Kediri yang dirupakan sembilan bahan pokok (Sembako) kepada warga terdampak sampah TPA Pojok, Kamis (10/12/2009) lalu, tidak akan menyelesaikan masalah pencemaran yang sudah dihadapi masyarakat selama bertahun-tahun. "Kami menuntut agar TPA segera direlokasi, kemudian Pemkot Kediri harus membuatkan peraturan daerah (Perda) yang mengatur tentang pengolelolaan dan pengolahan sampah serta perda tentang lingkungan hidup," ujar Taufiq Dwi Kusuma, kepada beritajatim.com, Sabtu (12/12/2009) siang. Pimpinan lembaga yang telah melakukan advokasi/pendampingan

Kediri Jaya.Com 121209

Home » Pemkot Kediri Ingkari Janji Relokasi TPA Pojok Pemkot Kediri Ingkari Janji Relokasi TPA Pojok Kediri (kedirijaya.com)-Pemerintah Kota (Pemkot) Kediri mengingkari janji yang telah dibuat dengan masyarakat di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kelurahan Pojok, Kecamatan Mojoroto, Kediri. Memorandum of Understanding (MoU) tentang rencana relokasi TPA pada tahun 2001 silam, sampai saat ini tidak terealisasi. Direktur Exekutif Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Aliansi Peduli Lingkungan (APeL) Kediri Taufiq Dwi Kusuma menyatakan, keprihatinan yang tengah dialami masyarakat di sekitar TPA Pojok, yang hanya diberikan kompensasi berupa sembilan bahan pokok (sembako). Pasalnya, kompensasi tersebut, dirasa tidak akan menyelesaikan masalah dampak sampah. “Seperti dalam MoU antara warga, Pemkot Kediri dan DPRD Kota Kediri yang terjadi tahun 2001, maka kami menuntut agar TPA segera direlokasi, kemudian Pemkot Kediri harus membuatkan peraturan daerah (Perda) yang mengatur tentang pengol

Coklat Itu Tak Pernah Manis Untuk Bu Minah

Rasa makanan favorit saya itu tak akan pernah jadi manis untuk seorang Ibu petani asal Dusun kecil bernama Sidoharjo di Banyumas, Jawa Tengah. Karena dari bahan dasar makanan yang banyak digemari anak kecil itulah Ibu berusia 55 tahun itu harus menghadapi Korps berbaju coklat, sebelum akhirnya dibawa ke meja hijau. Miris hati saya begitu membaca berita utama di Harian Kompas (20/11) yang berjudul "Elegi Minah dan Tiga Buah Kakao di Meja Hijau...", masih belum selesai keruwetan kasus KPK, Polri, Kejaksaan Agung dan Bank Century, jauh dari hiruk-pikuk Ibu Kota ternyata ada peristiwa yang memilukan. Bagaimana tidak? Ketika seorang Ibu berusia 55 tahun yang buta huruf harus menghadapi persidangan tanpa didampingi pengacara hanya karena tiga buah kakao yang dipetiknya, si Ibu pun mengaku sudah meminta maaf bahkan mengembalikan buah tersebut. Namun itu dirasa belum cukup hingga pihak PT Rumpun Sari Antan (RSA) pemilik perkebunan kakao harus melaporkan Ibu yang bahasa Jawanya ngapak

Negara Hukum Yang Ajaib

Ada marah, ada resah, gregetan akan hukum di negeri saat melihat tayangan di TV One tentang hukuman untuk seorang jaksa yang tertangkap basah menjual ekstasi sitaan sebanyak 300 biji hanya dihukum setahun penjara dan bisa langsung bebas setelah dipotong masa tahanan, sedangkan seorang supir yang hanya ketahuan membawa sebutir ekstasi harus rela menerima hukuman 4 tahun 30 hari penjara, tapi aku tak ingin mengiringi dengan kebencian.... Dibalik berbagai penuntutan perbaikan tentang penegakan hukum di Indonesia, tetapi ketidak adilan tetap tak lepas dari pandangan kita dengan kasat mata. Karena para penegak hukum telah mati nuraninya dan menjadi bebal. Mereka lebih rela membuat rakyat sengsara , dan melindungi penguasa. Rakyat kecil mereka anggap sampah sehingga bisa seenaknya dihukum dengan semena-mena. Tetapi untuk para penguasa yang bisa bayar mereka, hukum tak ada nilainya, karena rupiah lebih dari berharga dari segalanya. Walau mereka bersalah, diperlakukan bak raja . Coba bayangka

Koin Prita vs Sumbangan Partai Demokrat

Isu tentang Ibu Prita kembali menghangat ketika muncul keputusan Pengadilan Tinggi Banten yang menjatuhkan keputusan denda 204 juta akibat email keluhan Prita pada pelayanan RS Omni International. Keputusan denda 204 juta ini direspon dengan cerdas oleh teman-teman blogger lewat gerakan pengumpulan koin keadilan. Cerdas, karena koin melambangkan orang kecil, orang yang tak berdaya di hadapan sistem hukum nasional yang penuh dengan jebakan maupun mafia peradilan. Pengumpulan koin ini begitu menyentuh banyak lapisan masyarakat, dari kelas atas sampai bawah. Kelas bawah yang selama ini banyak menderita karena ketidakadilan hukum (digusur, dikejar-kejar Satpol PP, dll), menemukan saluran protesnya lewat pengumpulan koin – uang receh yang sering mereka pegang sehari-hari. Maka tak heran bila kemudian ada pemulung, pedagang kecil , ibu-ibu di kampung yang turut serta mengumpulkan koin untuk Prita. Ada sebagian dari nafkahnya (koin, uang receh) , yang mereka sisihkan untuk perjuangan keadi

Pengaruh Globalisasi Terhadap Nilai-Nilai Nasionalisme

* Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah. * Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa- bangsa di seluruh dunia. (Menurut Edison A. Jamli dkk.Kewarganegaraan.2005) Menurut pendapat Krsna (Pengaruh Globalisasi Terhadap Pluralisme Kebudayaan Manusia di Negara Berkembang.internet.public jurnal.september 2005). Sebagai proses, globalisasi berlangsung melalui dua dimensi dalam interaksi antar bangsa, yaitu dimensi ruang dan waktu. Ruang makin dipersempit dan waktu makin dipersingkat dalam interaksi dan komunikasi pada skala dunia. Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan dan lain- lain. Teknologi informasi dan komunikasi adalah faktor pendukung utama d
Gambar
Gambar
Gambar
SELAMAT KURBAN
Gambar
Gambar

SEBUAH PENGANTAR ILMU HUKUM

SEBUAH PENGANTAR ILMU HUKUM BAB I PENDAHULUAN Sejak dahulu, manusia hidup bersama, berkelompok membentuk masyarakat tertentu, mendiami suatu tempat, dan menghasilkan kebudayaan sesuai dengan keadaan dan tempat tersebut. Manusia secara kodrati adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk individu mempunyai kehidupan jiwa yang menyendiri, namun manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Tiap manusia mempunyai sifat, watak, dan kehendak sendiri. Namun dalam masyarakat manusia mengadakan hubungan satu sama lain, mengadakan kerjasama, tolong menolong, bantu membantu untuk memperoleh keperluan hidupnya. Setiap manusia memiliki kepentingan,dan acap kali kepentingan tersebut berlainan bahkan ada juga yang bertentangan, sehingga dapat menimbulkan pertikaian yang mengganggu keserasian hidup bersama. Apabila ketidak-seimbangan perhubungan masyarakat yang menjadi perselisihan itu dibiarkan, maka mungkin akan timbul perpecahan dalam masyar

SAAT 2002/2003

Gambar

APEL

Gambar