Lanjutkan, lanjutkan, lebih cepat lebih baik MATI

Di sebuah warung berlabel “minimarket” di kawasan Kediri, Jatim, Bendol terkejut menyaksikan adegan ini. Seorang anak muda tergopoh-gopoh menuju rak obat dan bertanya kepada pelayan: “Ada neolib?”
Ia tak bergurau mengucapkan kata itu. Pelayan, perempuan yang juga muda, menjawabnya dengan kalem, jauh pula dari nada canda: “Neolib untuk flu, apa neolib untuk nyeri?” Si lelaki menjawab cepat: “Neolib untuk flu.” Pelayan memberikan satu bungkus tablet bergambar kepala orang. Transaksi terjadi, lalu anak muda itu pergi.
Setengah penasaran, Bendol mendekati pelayan. “Kenapa obat yang sudah populer itu disebut neolib?” Barulah pelayan itu tersenyum, manis juga, dan khas pelayan warung di Kediri. “Di sini orang sudah terbiasa dengan pelesetan yang dipopulerkan televisi. Semua obat dengan awalan neo disebut neolib, makanya saya tanya, neolib untuk flu atau nyeri. Sering pula disebut neolib tablet atau neolib krim,” ujar si pelayan.
Konon, pelesetan itu awalnya saja menimbulkan nada canda. Begitu lewat tiga hari, apalagi seminggu, pelesetan sudah tak ada nada candanya lagi, sudah biasa-biasa saja. Ternyata banyak juga jenis “pelesetan politik”, bukan hanya neolib. Kalau ada orang yang sebelumnya jarang bergaul atau enggan menyapa, lalu tiba-tiba jadi ramah, orang itu dijuluki: “kerakyat-rakyatan”. Misalnya: “Pak Petruks sekarang kerakyat-rakyatan, pasti ada maunya.”
Anehnya, julukan “kerakyat-rakyatan” hampir selalu berkonotasi negatif. Ada temannya yang lain. Ketika seorang pengendara sepeda motor meraung-raungkan mesin motornya saat melintas di depan minimarket itu, petugas parkir berteriak: “Lanjutkan, lanjutkan, lebih cepat lebih baik mati.” Begitu pula ketika petugas parkir menggoda cewek, pedagang bakso menggoda: “Pak Parkir, lanjutkan, lanjutkan, mumpung istri tak ada….”
Apa tahu arti neolib? Ini pertanyaan yang saya ajukan kepada pelayan warung, pedagang bakso, dan petugas parkir. Pelayan hanya tertawa karena memang tak tahu. Pedagang bakso juga tertawa, lalu dia bilang: “Saya belum gila, tak perlu neolib.” ….

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Empat Pilar Pemberdayaan Masyarakat

“Apabila usul ditolak tanpa ditimbang, suara dibungkam, kritik dilarang tanpa alasan, dituduh subversif dan menganggu keamanan, maka hanya ada satu kata LAWAN”

DAFTAR LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT DAN LEMBAGA NON PROFIT