Belajar Korupsi

SEBUAH proyek rekanan antara pihak swasta dan pemerintah selesai dibangun. Pihak rekanan (swasta) pun merasa perlu berterima kasih kepada pejabat terkait atas selesainya proyek tersebut. Maka, wakil dari perusahaan rekanan pemenang tender proyek pun datang ke rumah sang pejabat untuk memberikan sekadar hadiah.
Rekanan: Pak, ada hadiah dari kami untuk Bapak. Ya, sekadar mobil ala kadarnya, saya parkir di bawah.
Pejabat: Anda mau menyuap saya? Apa-apaan itu? Tender sudah kelar, kok. Jangan begitulah, bahaya.
Rekanan: Tolonglah Pak, diterima. Kalau nggak, saya dianggap gagal membina relasi oleh atasan saya.
Pejabat: Ah, jangan begitu, dong. Saya berkeberatan.
Rekanan (berpikir): Begini saja, Pak. Bagaimana kalau Bapak beli saja mobilnya.
Pejabat: Mana saya ada uang beli mobil (mahal) begitu!
Wakil dari rekanan itu pun menelepon atasannya.
Rekanan: Saya ada solusi, Pak. Bapak beli mobilnya dengan harga Rp 10.000 saja.
Pejabat: Benar, ya? Oke, saya mau. Jadi, ini bukan suap. Pakai kuitansi ya.
Rekanan: Tentu, Pak.
Rekanan menyiapkan dan menyerahkan kuitansi, sang pejabat membayar dengan uang 50.000-an. Mereka pun bersalaman.
Rekanan (sambil membuka dompet): Oh, maaf, Pak. Ini kembaliannya Rp.40.000.
Pejabat: Nggak usah pakai kembalian segala. Tolong kirim 4 mobil lagi ke rumah saya ya.
Rekanan: ?????????

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Empat Pilar Pemberdayaan Masyarakat

“Apabila usul ditolak tanpa ditimbang, suara dibungkam, kritik dilarang tanpa alasan, dituduh subversif dan menganggu keamanan, maka hanya ada satu kata LAWAN”

DAFTAR LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT DAN LEMBAGA NON PROFIT